Posted in FanFiction, Oneshot

Sweet of You (fanfiction)

lagi buka-buka file lama di hard disk, dan bener-bener lupa kalau pernah nulis ini, entah berapa tahun silam, WK

cast-nya Taehyung, bagi yang gak minat fanfic, bisa mundur 😀

 

***

Kendaraan mulai memadati jalanan Seoul pagi ini ketika langkah seorang gadis tepat memasuki halte di kawasan Songpa-gu. Dia mulai menggerutu dengan suara kecil lantaran pagi ini dia sudah berusaha bangun sepagi mungkin kemudian pergi sekitar pukul enam kurang lima belas menit. Namun tetap saja ketika sampai di halte sudah banyak orang berkumpul dan bus yang sedari tadi lewat selalu penuh sesak. Padahal dari hasil pengamatannya kemarin, sejak semalam ia sudah mencanangkan jika dia bangun sepagi itu kemungkinan bus masih banyak tersisa tempat duduk. Rupanya dia melupakan sesuatu bahwa hari ini adalah Senin, berbeda dengan hari kemarin. Setiap Senin bisa dipastikan jalanan akan padat oleh berbagai macam kendaraan, entah itu kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

“Hei agasshi, jangan tekuk mukamu seperti itu. Seorang gadis akan lebih menarik jika tersenyum saja.” Tiba-tiba sebuah suara asing terdengar dari sisi sebelah kanannya. Sontak dia menolehkan kepala dan menemukan sebuah cengiran lebar dari seorang pemuda. Seorang pemuda dengan rambut menutupi keningnya dan dia mengenakan seragam yang sama dengan gadis itu.

“Ya, aku berbicara padamu.” Ujar pemuda itu lagi.

Sang gadis hanya mendengus kecil dan kembali menolehkan kepalanya ke arah depan. Sedetik kemudian matanya melebar karena melihat sebuah bus yang ditunggunya melaju ke arah halted an tampaknya ada beberapa kursi kosong di bagian belakang, dia mendesah lega secara perlahan. Saat bus tiba tepat di hadapannya langsung saja dia melompat masuk dan memilih duduk di bangku kedua dari belakang tepat di samping jendela. Sesaat setelah duduk dengan nyaman, dia merasakan ada seseorang yang menempati bangku sebelahnya. Tapi tampaknya itu tak berpengaruh baginya, karena yang dilakukannya adalah mengambil handphone, memasang headset ke kedua telinganya kemudian hendak mem-play sebuah lagu favoritnya akhir-akhir ini. Tapi belum sempat dia menekan tombol play, sebuah suara menginterupsi kegiatannya.

Aigoo benar-benar. Agasshi, ini sudah ketiga kalinya aku berbicara padamu dan tak ada satupun tanggapan yang kau berikan. Dan apa ini, bahkan kau tidak menolehkan kepala ketika ada seseorang yang duduk di sebelahmu. Bagaimana jika ternyata aku adalah orang jahat yang ingin menculikmu hmm? Kau seharusnya sedikit lebih peka dalam bersosiali….”

Pemuda yang merupakan pemuda yang sama ketika di halte tadi berbicara panjang lebar dan sontak menipiskan bibir untuk berhenti berbicara ketika melihat raut muka gadis di sebelahnya sepuluh kali lipat lebih masam disbanding di halte tadi.

“Bisakah kau berhenti merecoki orang lain di saat pertama kali bertemu?”

“Wow akhirnya kau berbicara padaku! Dan ini bukan pertemuan pertama kita, minggu lalu aku melihatmu menaiki bus yang sama namun tidak memakai seragam sepertiku. Kau satu sekolah denganku kan? Kalau begitu kita bisa menjadi teman. Namaku Kim Taehyung. Siapa namamu?”

Pemuda bernama Kim Taehyung itu mengulurkan tangan untuk berkenalan sambil tetap setia memasang cengiran lebarnya meski sang gadis tidak pernah menampakkan ekspresi yang baik. Gadis berambut sebahu itu hanya menjawab pendek dan mengabaikan uluran tangan di depannya.

“Shin Aeri.”

“Oke Shin Aeri. Ah, aku akan memanggilmu Aeri-ya, atau Ri-ya? Bagaimana dengan Riri? Karena dari sekarang kita berteman kau bisa memanggilku Taehyung, Taetae, atau apapun asal kau suka. Oke?”

Tak ada jawaban dari Aeri karena dia sudah menekan tombol play lagunya dan membiarkan Taehyung mengoceh sendirian di atas bus itu selama perjalanan ke sekolah.

***

AERI’S POV

Itu adalah hari dimana kami pertama kalinya berbincang. Hari itu adalah hari pertamaku masuk di Daeil High School sebelumnya aku sempat bersekolah di Gwangju sejak sekolah dasar hingga tahun pertamaku di sekolah menengah atas. Aku pindah ke Seoul sejak nenekku meninggal beberapa minggu yang lalu, kakekku lebih dulu meninggal ketika aku masih berumur 13 tahun. Di sini, aku kembali tinggal bersama Ibu dan kakak laki-lakiku yang usianya 3 tahun di atasku. Kami memang hidup terpisah sejak lama karena suatu masalah besar yang menimpa keluarga kami ketika aku masih berumur 5 tahun, dan sejak saat itu aku diambil alih oleh nenek dan kakekku di Gwangju. Masalah itu juga yang membuatku menjadi pribadi yang tertutup, terutama pada kaum lelaki. Aku hanya berinteraksi kepada orang yang sudah kukenal baik.

Hari itu, Taehyung muncul dengan kepribadiannya yang aneh dan membuatku bergidik ngeri ketika melihat wajahnya. Bagaimana bisa kau memasang wajah aneh dan cengiran seperti itu di depan orang yang bahkan namanya saja belum kau ketahui. Terlebih lagi, dia terlalu banyak bicara untuk seorang laki-laki. Dan itu benar-benar membuatku sedikit risih. Dia terus mengoceh sepanjang perjalanan kami di bus, bahkan ketika kami sudah sampai di halaman sekolah. Dia baru berhenti berbicara ketika tahu aku berjalan ke arah koridor yang berlawanan dengannya.

“Sampai jumpa nanti, Ri-ya. Annyeong!” ujarnya dengan riang.

Aku hanya mengangkat bahu dan meneruskan berjalan menuju ruang kepala sekolah dimana Ibuku sudah membuat janji sebelumnya dengan beliau.

Setelah terlibat beberapa perbincangan kecil, beliau memanduku menuju kelas yang akan aku tempati, kelas 2-A. Ya, aku masuk kelas unggulan berdasarkan hasil tesku ketika akan masuk ke sekolah ini. Di Gwangju dulu, kuakui memang menjadi juara kelas adalah targetku tiap semester. Karena memang tidak banyak yang aku lakukan selain belajar dan membantu nenekku. Aku juga jarang pergi dengan teman-temanku karena kurasa bermain hanya membuang-buang waktu. Mungkin itulah yang membuatku hanya memiliki segelintir teman yang bisa kupercaya. Sebagian dari mereka meganggapku membosankan, dan mungkin itu akan kembali terjadi di sekolah ini. Bahkan mungkin lebih parah, mengingat Seoul lebih dinamis dibandingkan Gwangju. Dan entah ini hari kesialanku atau apa, mataku langsung tertuju pada Taehyung yang melambaikan tangan padaku sedetik setelah aku menginjakkan kaki di ruang kelas.

Guru Park yang saat itu akan mulai mengajar mempersilahkanku untuk memperkenalkan diri barang sejenak. Aku hanya mengucapkan nama secara singkat dan membungkuk sedikit sebagai perkenalanku, namun lagi-lagi kulihat Taehyung yang duduk di kursi paling belakang beranjak berdiri dan bertepuk tangan dengan keras.

***

Semenjak hari itu, tiada hari kuhabiskan tanpa mendengar suara Kim Taehyung. Dia benar-benar berisik, Taehyung akan menyapaku dengan nyaring saat kami bertemu di halte pagi hari, mengoceh sepanjang jam pelajaran, membuat onar di kelas saat jam kosong, merecoki waktu istirahatku, bahkan sampai kami tiba di depan gedung apartemen. Sepertinya aku memang sedang tidak beruntung, karena beberapa hari aku masuk sekolah baru, aku mengetahui fakta bahwa kami tinggal di gedung yang sama, bahkan di lantai yang sama.

FLASHBACK

Kuteruskan langkah di atas jembatan penyebrangan setelah beberapa menit yang lalu bus yang mengantarku dari sekolah berhenti di halte depan gedung apartemenku. Matahari sudah terbenam beberapa hari yang lalu, ini memang tidak seperti biasanya. Seharusnya aku sudah berada istirahat di rumah sejak sore tadi, tetapi karena ada serangkaian acara open recruitment salah satu ekstrakulikuler yang ingin aku ikuti, terpaksa jadwal pulangku harus mundur.

Karena suasana jembatan yang sangat sepi, tiba-tiba saja aku merasa merinding dan beberapa detik kemudian kudengar langkah kaki di belakangku, sambil meneruskan langkah aku pasang telinga baik-baik. Sampai di bawah jembatan aku segera berlari kecil menuju trotoar dan berjalan, namun derap langkah kaki itu masih terdengar. Dengan penuh keberanian kutolehkan badan dan berteriak.

“YA! BERHENTI MENGIKU..”

“Annyeong Aeri-ya. Kenapa kau berlari barusan?”

“Apa yang kau lakukan di sini Taehyung-ssi?”

“Oh, aku? Aku akan pulang tentu saja.”

“Kenapa masih di sini jika ingin pulang?”

“Huh? Apa maksudmu Aeri-ya?”

“Ini gedung apartemenku, kenapa kau mengikutiku sampai di sini?”

Mwo? Hahahahahahahahahaha…” tiba-tiba saja dia tertawa dengan kerasnya hingga terbungkuk-bungkuk di trotoar.

Ya! Apa yang kau tertawakan?” perlahan dia bangkit sambil mengelap air mata yang keluar ketika tertawa tadi.

Aigoo, Aeri-ya kau benar-benar lucu. Ingin sekali kuikuti sampai rumah huh? Asal kau tahu, aku juga tinggal di gedung yang sama denganmu.”

Mwo? Ma-maldo andwae!”

Aniya, itu benar adanya. Kau tahu, bahkan pintu apartemenku hanya berjarak 3 pintu dari apartemenmu. Aku duluan Aeri-ya, annyeong.”

Taehyung melenggang memasuki gedung tempat tinggal kami meninggalkan aku yang masih sulit menerima kenyataan.

FLASHBACK OFF

Keesokan paginya aku terkejut mendapati Taehyung yang berdiri di depan pintu pada saat aku baru saja akan berangkat sekolah, dan berjalan mengekoriku yang bahkan mencoba tak menghiraukan keberadaannya. Dia hanya akan sesekali memanggilku dan ketika aku menoleh dia hanya akan memasang cengiran bodohnya dan membuatku mendengus.

***

Hari ini benar-benar melelahkan. Aku kembali menghabiskan waktu di sekolah untuk menyelesaikan urusan majalah sekolah dimana bulan ini akulah penanggung jawabnya. Ya, aku mengikuti klub  jurnalistik dan karena aku pernah menjadi penanggung jawab majalah bulanan sekolah lamaku, aku dipercayai untuk mengurus majalah bulan ini. Aku mau-mau saja karena selain sudah menjad hobiku dalam bidang ini, tim jurnalistik sekolahku ini benar-benar dapat diandalkan dan menyenangkan untuk diajak bekerja sama. Selama 4 bulan berada di sekolah ini, aku benar-benar merasa berkembang sedikit demi sedikit menjadi pribadi yang sedikit lebih terbuka.

Aku juga sudah mulai terbiasa dan menerima sikap onar seorang Kim Taehyung bila bersamaku. Bagaimanapun, dia adalah teman pertamaku di sini, dan sedikit-banyak aku mendapatkan informasi-informasi tentang sekolah dan seisinya darinya. Termasuk informasi mengenai dirinya yang ternyata adalah salah satu siswa popular di sekolah. Aku sontak mengerutkan kening dan bergidik aneh saat pertama kali mendengarnya dan Taehyung langsung memprotesnya dengan keras.

“Ya, kau jangan meremehkanku Aeri-ya. Meskipun aku benar-benar berisik, penggemarnku cukup banyak. Entahlah, mungkin karena aku pemain basket, dan juga tampan?” ungkapya percaya diri.

Sejak dia berkata seperti itu aku baru menyadari bahwa Kim Taehyung benar-benar popular, terlihat dari banyaknya sticky note berwarna merah jambu dengan berbagai tulisan yeoja tertempel di pintu lokernya. Dan setelah kuamati, dia benar-benar bersikap cuek dan dingin terhadap gadis-gadis yang mencoba mengejarnya, terutama yang terang-terangan menggoda dan menyatakan cinta padanya. Benar-benar sisi lain dari Kim Taehyung yang kuketahui selain sifat berisik dan cengiran bodohnya. Ah ya, dia juga akan menceritakan apapun yang terjadi padanya pada hari itu ketika kami berada di bus menuju apartemen. Biasanya dia akan menceritakan apa saja yang penggemarnya lakukan, ataupun tentang bagaimana latihan basketnya berjalan hari itu. Taehyung akan menceritakannya dengan mimik muka menggebu-gebu yang membuatku terkadang menyemburkan tawa. Dan biasanya, ketika aku tertawa atau tersenyum dia akan mulai terdiam dan menggodaku dengan kata-kata andalannya.

“Ri-ya, kau benar-benar cantik saat tertawa. Jadi, tertawalah sebanyak-banyaknya di depanku. Oke?”

Dan entah apa yang terjadi padaku, akhir-akhir ini pipiku akan terasa memanas tiap kali Taehyung berkata seperti itu. Padahal aku tahu, dia hanya menggodaku saja. Tidak mungkin kan dia serius akan perkataannya? Atau bahkan mungkin dia sudah berkata seperti itu ke setiap teman dekat wanitanya. Siapa tahu? Mengingat dia adalah siswa popular, jadi tidak menutup kemungkinan ada gadis di sekolah yang menarik perhatiannya. Jadi, sejak perasaan aneh itu muncul pertama kali, aku berusaha menekannya kuat-kuat dan meyakinkan diri bahwa kami hanyalah sebatas teman. Walau terkadang, aku akan kalah dan perasaan itu muncul semakin besar dari hari ke hari.

***

Sudah lebih dari seminggu diadakan ujian akhir semester, dan hari ini adalah hari ujian matematika sekaligus hari ujian terakhir dan Taehyung berjanji akan mentraktirku es krim sebagai balasan karena aku sudah bersedia mengajarinya selama seminggu penuh sebelum ujian.

Aku menunggunya di dalam lapangan indoor basket sekolah kami karena dia memang sedang latihan bersama timnya menjelang pertandingan melawan sekolah tetangga yang akan dilaksanakan minggu depan. Aku terlalu fokus pada Taehyung yang tampak menawan ketika serius latihan sampai tidak menyadari ada seseorang yang duduk di sebelahku hingga akhirnya orang tersebut melambaikan tangannya di depan wajahku dan sontak membuatku menoleh.

“Ah, mianhamida Sehun-ssi. Aku tidak menyadarinya.” Ucapku sembari membungkukkan badan. Dia Oh Sehun, seorang siswa yang juga sangat popular karena ketampanannya dan dia merupakan ketua klub fotografi. Kami sempat beberapa kali berinteraksi karena biasanya dia yang akan menyetorkan hasil bidikan para anggota klubnya untuk dipublikasikan di majalah sekolah.

Gwenchana, Aeri-ya. Tetapi apa yang sedang kau perhatikan dengan begitu serius?”

Aniya, aku hanya melihat mereka bermain.”

“Melihat mereka atau satu orang di antara mereka?”

M-mwo? Ani,aku hanya melihat jalannya pertandingan mereka.” Ucapku berbohong, toh tidak mungkin aku berkata bahwa aku sedang memperhatikan Taehyung yang sedang berlatih.

“Baiklah, aku percaya. Keundae, Aeri-ya, ada yang ingin aku utarakan padamu.”

Aku menegang mendengar perkataannya, karena jujur saja aku seperti melihat scene-scene di dalam drama yang aku tonton, meskipun anggap saja aku terlalu percaya diri. Namun, dilihat dari sikap Oh Sehun kepadaku selama ini dan perkataan beberapa temanku yang mengatakan bahwa dia menyukaiku membuat aku sedikit bergidik, karena tentu saja ini pertama kalinya ada seorang pria yang berani mendekatiku, selain Taehyung tentu saja.

N-nde. Katakan saja Sehun-ssi.”

“Aku menyukaimu Shin Aeri. Aku tidak memaksamu untuk membalas perasaanku, tapi setidaknya mohon berikan aku jawaban.”

Bola mataku melebar sempurna mendengar perkataannya, entah mengapa pikiranku sekarang hanya tertuju pada seseorang dan belum sempat aku berkata apa-apa, ada suara lain yang menyahutnya.

“Wow, Oh Sehun. Apa kau baru saja menyatakan cinta pada gadisku?” Oh tidak. Itu suara Kim Taehyung. Sejak kapan dia berdiri di sebelahku?

“Gadismu? Setahuku dia hanya temanmu.”

“Tidak lagi. Dia sudah resmi menjadi milikku. Shin Aeri milik Kim Taehyung. Ingat itu.”

“Apa itu benar Aeri-ya?”

1 detik

5 detik

10 detik

Aku tidak kunjung memberikan jawaban karena bibirku benar-benar terasa kelu untuk menjawab.

“Ah, sepertinya dia masih syok atas pernyataanmu. Jadi sebaiknya kau pergi saja, karena setelah ini kami akan pergi berkencan.”

Sedetik setelah mendengar perkataan Taehyung, Sehun langsung beranjak pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

“Ya, kenapa kau tetap diam?”

“Y-ya, kenapa kau berkata bahwa aku milikmu?”

“Apa itu salah?”

“Tentu saja babo, kita kan hanya teman.”

“Memang. Tapi selama ini kau hanya dekat denganku. Jadi aku berkeyakinan bahwa kau itu memang milikku dan akan bersamaku selamanya. Jadi kau tidak boleh pergi kemana-mana. Tetap di sisiku. Oke?”

Aish jinjja. Bagaimana jika suatu saat aku menikah? Apa aku juga masih harus mengikutimu kemanapun kau pergi?

“Hmm. Jika saat itu tiba, menikahlah denganku. Bagaimana?”

“Ya, Kim Taehyung-ssi, apa kau sedang melamarku saat ini?”

“Anggap saja begitu.” Setelah berkata seperti itu dia langsung beranjak pergi setelah sebelumnya mengusap rambutku dengan lembut. Aku merasakan jantungku memompa dua kali lebih keras saat dia mengatakan hal tabu barusan dengan santainya. Apa dia tidak mengerti bahwa itu adalah ucapan sakral bagi seorang gadis? Meskipun begitu, aku bersyukur karena yang mengucapkan hal itu padaku adalah dia. Seorang pemuda abstrak bernama Kim Taehyung. Oleh karena itu, thank you for existing, Taehyung-ah.

Author:

made primarily from speculoos cookie crumbs

Leave a comment